Wawancara Lapangan Petani Rurukan
Disclaimer : Wawancara kami lakukan secara langsung dan tatap muka. Metode input data kami lakukan dengan recording atau merekam suara dan video. Wawancara dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia formal dan mix dengan bahasa sehari-hari di Manado, menyesuaikan dengan narasumber. Data teks wawancara ini adalah hasil dari konvert data audio yang kami rekam, sehingga ada beberapa penyuntingan untuk beberapa segmen. Data teks ini akan kami sunting ulang untuk lebih menyesuaikan tata kalimat yang sesuai./ (+Suntingan akhir 29/11/2023)
Berhubungan dengan implementasi proyek mungkin sudah tidak bisa untuk dilakukan. Jadi data ini dapat dipergunakan untuk referensi atau hal lain sebagaimana mestinya, selain sebagai tanda hasil dari kami dalam studi di lapangan.
Keterangan : Titik hitam & kalimat italic adalah Narasumber
Tanggal wawancara : Jumat, 10 November 2023
| Kelompok 4 |
- Apa tujuan kalian? supaya ada gambaran.
Jadi kami mahasiswa dari Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSRAT. Ada satu mata kuliah yang secara optional membuat kami untuk turun ke lapangan untuk pengamatan dan pengumpulan data.
(Diskusi singkat)
Pertama, kami ingin tanyakan nama om dan usia om. Om nama apa dan usia berapa?
- Meidy Kalalo, Usia 54
- Petani
- Utama
- 30an tahun
- Banyak. Jadi kami menanam kol, brokoli, petsai, batang bawang, jagung, wortel, dan banyak lagi
- Lahan sendiri
- Wortel
- Karena pasar. Jadi sudah menjadi andalan orang Rurukan untuk menanam wortel dan kol. Jadi sudah ada media pasar untuk distribusi penjualan, seperti Irian, Kalimantan, Sanger dan pasar lokal.
- Jadi sekarang… saya berikan contoh ya, sistem disini bahwa petani menanam produk tanaman, dan nanti ada pengepul. Dan pengepul ini nantinya yang akan kirim. Kami ada di level bawah (petani)
- Ada macam-macam. Kebetulan saya ini petani organik.
- Untuk yang sekarang kasus yang ditemui terkait hambatan itu adalah biasanya tanaman brokoli dan kolbu karena sensitif sekali dan hama cepat sekali untuk menyerang, kalau wortel kan di dalam tanah jadi potensi untuk terserang hama itu kurang. Kalau misalnya sayur kol, karena berada di permukaan tanah, jadi ada banyak hama yang dapat dengan mudah untuk hinggap pada tanaman itu.
- Ada dua cara : Yakni cara manual dan cara pembasmian menggunakan racun. Untuk cara manual, contoh seperti supaya kita dapat melakukan pengamatan pada malam hari dan mengambil hama pada tanaman, karena hama aktif pada malam hari dan siang harinya mereka pasif dalam pergerakan. Jadi lebih mudah bagi kita untuk melihat bahwa inilah hama yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Contoh, umpamanya adalah kol, yang paling sering menyerang pertumbuhan kol adalah hama lintah atau sejenis siput yang suka melubangi daun. Atau ada juga ramuan alami seperti bawang putih, cabai, salah satu bagian dari pohon pepaya, dibuat sedemikian rupa, ditaru pada tanaman yang berpotensi dihinggapi hama, agar ketika hama memakannya, mereka akan mati. Bisa dibilang sebagai pestisida organik bukan yang kimia.
- Jadi ada banyak hal, dan bisa saja cuaca. Apalagi belum lama ini kan ada musim kemarau. Jika tidak dilakukan penyiraman secara rutin, maka tanaman akan mati. Baru ada juga bentuk penanggulangan seperti disemprot minimal setiap minggu. Dan tidak boleh lalai atau terlewat karena akan mengakibatkan tanaman mati.
- Cuma kenal agrowisata, jadi agrowisata kan jika ada turis datang, dan kemudian dia bisa melihat kegiatan pertanian yang ada. Karena memang sekarang mengarah ke bagaimana pertanian yang ada menjadi obyek wisata. Karena dengan hal ini juga pendapatan petani dapat bertambah, dan itu yang sementara kami kembangkan. Umpamanya contoh, tanaman stroberi… bagaimana supaya orang-orang yang suka makan stroberi yang juga ingin berwisata. Itu yang sementara kami pikirkan sekarang, bagaimana menjadi obyek wisata, meski dengan lahan yang hanya seluas setengah hektar misalnya.
- Memang kebetulan sekarang ada, jadi kalau suka ke kebun, ada. Mulai membangun rencana untuk obyek wisata. Jadi tanaman-tanaman dipertunjukkan disitu. Dan sekarang mulai mencoba stroberi, istilahnya masih pemula.
- Iya, masih sementara proses. Dan kelola secara mandiri.
- Jadi kami petani, ingin memberdayakan potensi ini namun kami mati di operasional. Jadi contoh misalnya anda punya kebun, jika wisata ingin masuk ke kebun, walau hanya 25 ribu atau 10 ribu, itu kan baru masuk saja sudah ada uang. Jadi kami mengarah ke ekonomi, lahan kecil yang dapat dimanfaatkan sebagai produsen hasil pertanian sekaligus penawaran wisata pertanian untuk meningatkan pendapatan.
- Jadi sekarang kan dunia punya media sosial berupa Facebook, jadi promosi lewat situ. Dan kami akan memaparkan lokasi daerah wisata tani kami. Dan kalau wisatawan datang, kita edukasi mereka dengan memberikan informasi pertanian wortel seperti budidayanya. Bagaimana cara menanam hingga cara makannya. Jadi, itulah yang kita pikirkan sekarang untuk pengembangannya.
- Iya benar, sudah benar kalian datang kesini.
- Jadi kalau dibilang kesulitan kan, itu pasti ada. Jadi yang memperlambat perkembangan kami adalah kemitraan. Misalnya mitra dari universitas, pemerintah dan lain sebagainya yang peduli dengan pertanian.
- Secara umum sudah, kan ada dinas pertanian. Karena kami selalu ikut pelatihan atas nama pemerintah.
- Jadi bisa dibilang kami sudah ada ilmu, tapi memang untuk penerapan perlu pendampingan.
- Itu sebenarnya pilihan, bisa ke dunia pariwisata… tapi ada yang suka hanya sebagai petani saja dengan membudidayakan tanaman kemudian dijual, itu silakan. Tergantung pada penghasilan tentunya. Sama dengan pilihan saya sekarang, yang mengarah ke wisata tani. Sekarang kan, turis cuma lewat… tidak sempat nginap. Nah, kami berpikir begitu, bagaimana turis dapat tinggal di kampung sini, berkebun, dan merasakan secara langsung kekayaan alam yang kami punya, sembari menjual apa yang bisa dibisniskan.
- Itu masalahnya….Satu, kurang kondusif. Contoh tanaman wortel yang jika banyak yang menanam, artinya kompetitor itu ada dan berpotensi ada banting-bantingan hargaBaru kedua, adalah alam dengan pengaruh cuaca. Kemudian kami juga pernah melakukan peledakan hama, karena pengaruh kemarau panjang. Jadi hama dalam tanah keluar dan menghabisi wortel yang ditanam, jadi itu rata semua permukaan tanah yang ditanami wortel tersebut.
- Ada banyak, karena saya petani yang bergerak di bidang organik jadi menanam banyak varian produk tanaman pertanian. Namun ada kapasitanya dan tidak boleh terlalu banyak
- Karena kami petani... lahan perkebunannya sudah besar ya kami butuh tenaga. Kan disini ada tenaga harian.
- Yaaa sewa hari ada. Kalau untuk pembersihan tanaman, pembedengan dan lain sebagainya karena lahan besar jadi kami butuh tenaga kerja orang lain, kita bisa ambil yang biasa dibilang mapalus. Ada yang mapalus jual, jadi tenaganya dijual. Umpamanya untuk sehari 100 ribu, dan kalau saya ingin mencari 10 orang berarti saya akan bayar sebanyak 1 Juta. Kerjanya termasuk pembedengan, pemeliharaan dan sebagainya. Misalnya untuk wortel, istilah kami disini adalah ba karkar, yaitu mengambil gulma yang berada di antara wortel. Dan mengambil gulma itu biasanya kerjanya wanita, dan itu 10 orang. Dan kemudian panen, panen ada dua sistem. Kita panen sendiri atau borong. Untuk panen borong, umpamanya anda pengusaha, jadi biasanya anda akan beli 1 kebun produk tanaman yang ditanam disitu. Nanti kita saling sepakat proses penjualannya termasuk kisaran harga yang sesuai pasaran, dan disitu keuntungan langsung diketahui.
(Di Kota Tomohon P4S ada 4 bagian ada yang
bagian utara, selatan timur dan barat. Dan itu baru skala kota, ada juga yang
termasuk skala provinsi. Komunitas ini juga sering keluar daerah kota dalam
menjalankan kegiatannya. Kegiatan P4S biasanya adalah saling bertukar ilmu
terkait pertanian untuk pengembangan.)
Dari beragam produk tanaman yang ditanam, tanaman mana yang paling menguntungkan dari segi pendapatan?
- Itu juga tergantung, seperti saya sekarang. Saya ada paprika. 1kg sekitar 6 biji harganya 40 ribu. Jadi kan kompetitor untuk tanaman lain kan banyak, jadi saya mencari budidaya produk yang baru agar dapat bersaing di pasar, apalagi kan paprika termasuk jarang di daerah sini.
... Misalkan produk wortel, estimasi pendapatan yang bisa didapat berapa?
- Itu tergantung pada over kondusif dan cuaca atau fluktuatif, harga tidak stabil. Seperti misalnya wortel, kami tahun lalu harganya sangat murah dan tentu sangat berpengaruh pada keadaan ekonomi. Belum lama ini, lahan yang hampir 1 hektar diperoleh 20an Juta dari hasil budidaya wortel. Meski begitu, secara umum disini hal itu dinilai tidak full. Jadi terkadang biaya 7.5 Juta an biaya pemeliharaan termasuk tenaga kerja, hasil akhir keuntungan bisa berkali lipat menjadi 20an – 30an Juta. Namun itu terjadi kadang-kadang saja. Jadi karena disini belum ada standar harga, dan memang menjadi harapan kami agar mudah menetapkan kisaran harga.Sama seperti di negara Jepang, kenapa petani mereka bisa hebat karena pemerintah sudah menetapkan harga standar dan menerapkan teknologi yang dapat membantu budidaya pertanian. Secara umum petani tidak bisa atur. Kecuali seperti paprika, paprika sudah ada standar karena sudah ada kerjasama langsung dengan perusahaan.
Jadi sudah ada yang mengakomodasi seperti itu...
- Iya, Jadi kami hanya menanam, nanti mereka yang ambil. Hingga land house sudah tersedia. Jadi kami terima saja Jadi itu juga yang kami harapkan dapat diterapkan di tanaman lain selain wortel.
Jadi memang terbagi kerja ya, ada yang khusus menanam dan mengelola.
- Ini kan ada… kami yang menanam, kemudian ada distributor yang mengantar ke perusahaan tujuan.
Terkait dengan teknologi pertanian, ada tidak teknologi pertanian yang semacam pipa yang bisa dialiri air untuk menyiram tanaman-tanaman, sudah mulai ada tidak di daerah Rurukan sini?
- Belum ada… kami manual (sambil tertawa)
(Ada bercanda sedikit…)
Ini sedikit out of topic, tapi mungkin om bisa memberikan pendapat.Jadi kan dunia semakin kompleks, sedang dalam masa peralihan ke teknologi digital yang lebih besar, dimana manusia dapat melakukan pekerjaan hanya bisa melalui PC atau laptop. Sama seperti untuk kepengurusan administrasi di kelurahan kan untuk sekarang ada yang bisa secara online tanpa datang langsung ke kantor kelurahan. Termasuk juga ada anak-anak muda yang kurang niatnya untuk turun langsung ke pertanian untuk turun langsung dalam kegiatan menanam, kurang niat atau bahkan hilang niat. Bisa dibilang kalau hal ini terus berlanjut, misalnya di daerah Rurukan sini, berarti kan berkurang petaninya. Nah, om sendiri melihat tidak di Rurukan ini adanya potensi petani berkurang di masa yang akan datang?
- Kalau disini… anak muda… beda dengan orang kota. Anak muda disini berkebun. Karena mereka melihat teman-temannya yang lain juga berkebun dan mendapat penghasilan. Apalagi perlunya tenaga kerja untuk melakukan beberapa kegiatan dalam pertanian seperti panen dan lain sebagainya.
Tapi kan, ada anak muda yang misalnya sambil kuliah dia berkebun, bisa bantu orangtuanya ketika libur. Nah, nanti pun saat dia lulus, dia harus kerja sesuai dengan jurusannya misalnya atau sesuai dengan kemampuannya, tergantung pilihannya. Tapi ada juga opsi lain seperti misalnya om Felix yang selain sebagai PNS juga berprofesi petani sebagai pekerjaan sampingannya. Nah tetap kan, ada potensi bahwa kurangnya anak muda di pertanian. Bisa dibilang, tenaga kerja yang akan mengelola lahan pertanian ini kedepannya akan berkurang.
- Kalau potensi seperti itu disini… tidak ada anak muda seperti itu, semua di kebun (berkebun).
Jadi bisa dibilang masih bisa berkelanjutan lah
(Sambil bergurau kepada tim kami yang perempuan, om mengatakan kalau anak-anak muda disana banyak uang dan punya motor).
(Om juga berbagi kisah masa lampau ketika ada satu lurah yang jika melihat ada anak muda yang nongkrong, dia akan kejar dan menyuruh mereka untuk pergi mencari kerja).
(Ada gurauan…)
(Intermeso…)
- Kami disini sebenarnya kurang tenaga kerja…ada anak-anak muda yang berangkat ke Jepang
Karena mungkin mereka melihat adanya pendapatan yang lebih besar disana
- Banyak sekarang yang kerja dengan beragam jenis kerja disana dan mereka berasal dari rurukan, karena fisik sudah terlatih, sudah biasa kerja. Lihat, orang-orang disini sudah banyak yang kerja di Jepang. Banyak. Sudah punya mobil semua.
Justru tenaga kerja lokal yang keluar ya…
- Ya, karena memang bisnis.
(Narasumber mengatakan, alat pertanian sangat diperlukan untuk mempermudah kegiatan pertanian yang bisa menghemat tenaga kerja seperti traktor. Dan untuk traktor sebenarnya sudah ada namun hanya ada beberapa yang punya. Narasumber Juga sempat mengatakan bahwa jadi catatan untuk kita juga sebagai mahasiswa kalo petani memerlukan alat pertanian.)
(Intermeso…)
(Ada diskusi mengenai proses distribusi sambil ada suara orang menyekap kayu)
(Intermeso mengenai Sayur Box…)
(Sempat diskusi singkat tambahan mengenai cost dan persaingan harga…)
Bisa dibilang kan petani aktivitasnya… seperti om misalnya banyak yang ditanam…Bagaimana aktivitas sehari-hari sebagai petani?
- Kalau disini aktivitas ada dua.Kalau kebun kita sendiri, masih pagi kita sudah pergi ke kebun. Tapi kalau sebagai orang kerja, Jam 9 sudah dilokasi dan membawa bekal makanan sendiri.Biasanya sebagai orang kerja, kalau jam 9 pagi mulai kerja, 10.30 istirahat… kalau ada yang merokok ya merokok. Sore hari jam 2.30 istirahat lagi… jika tuan kebun menyiapkan kopi, kita ngopi. Dan jam kerja berakhir sampai jam 4. Jadi yaaa, kalau kebun sendiri bisa sampai malam di kebun.
Jadi selain sebagai tuan kebun, juga bisa mencari penghasilan tambahan yang dengan menjadi tenaga kerja untuk tuan kebun yang lainnya.
- Kebun kan sudah selesai… jadi untuk kegiatan pemeliharaan lain juga memang butuh orang kerja juga. Kalau istilah disini namanya “Mezoit” atau gaji harian.
Bisa saling bantu lah begitu…
- Yaaa, disini kalau ingin mengambil tenaga kerja harus 1 minggu. Karena semua sudah terjadwal. Umpamanya anda jika ingin bekerja pada saya, sebelumnya harus menginformasikan dulu. Karena posisi tenaga kerja kadang sudah terisi oleh orang lain. Kecuali mendadak. Jadi mereka saling menghargai, kalau tenaga kerja sudah di booking ya sudah tidak bisa direkrut.
- Iya, karena tenaga kerja kurang. Makanya minimal 1 minggu sebelum hari kerja sudah harus menginformasikan.
- Boleh. Cuma kan lahan pertanian akan berkurang, apakah hal itu tidak masalah? (mulai mancing). Itu kan tergantung niat kita juga. Untung tidak kita berbisnis disitu. Kalau bisa menghasilkan pendapatan yang baik, tetap dibuat.
- Iya, disini dibuat sama seperti konsep semut. Ada gula-ada semut. Dulu, ketika menanam wortel, banyak yang juga ikut menanam. Jadi mereka lihat potensi.
- Memang untuk anggota dewan di pusat, SULUT lebih banyak yang masuk ke pendidikan, makanya kita banyak menerima beasiswa.
- Sebenarnya kami tidak ada subsidi disini, namanya hortikultura itu tidak ada subsidi. Yang disubsidi hanya cabai, padi, dan jagung.
- Nah, itu tinggal penyiasatannya. Kami menulis di proposal pengajuan, mengajukan cabai dan jagung. Jadi kami tidak ada bantuan pupuk untuk yang hortikultura, dinas terkait membuat kami menanam cabai dan jagung, meskipun kami tidak menanam cabai dengan skala besar.
- Untuk ancaman… yang kami takutkan…
- Bukan. Kepemilikan lahan. Ada bos-bos yang mengambil lahan. Itu yang pertama. Kedua, jangan sampai ada hotel-hotel besar yang dibangun tanpa memperhatikan keberlanjutan lingkungan sekitar. Jadi memang perlu diperkuat masyarakat untuk dapat tetap bertahan dengan modal.
- Begini, kami kan perlu juga kekuatan ekonomi. Jika nanti ada yang akan menikah kemudian memerlukan lahan untuk membangun tempat tinggal, masalah tadi kan sangat berdampak.
- Ini pemikiran saya… semua itu perlu modal. Lahan meski itu belum terkelola dengan baik, bisa dimanfaatkan. Hingga sebenarnya pemerintah pusat, Presiden Jokowi mengatakan bahwa usahakan para pemilik tanah membuat sertifikat. Karena itu ada untungnya. Kita bisa membawanya ke bank, simpan di bank. Itu kan sebenarnya programnya Jokowi memang besar. Dan kebijakan pemerintah ini memang sudah kita rasakan manfaatnya. Jadi itu, sebenarnya itu yang kami kejar yakni memperkuat masyarakat dengan edukasi seperti ya kalau kurang modal ke bank… caranya begini… kalau bank persulit… kami lapor ke atas.
- Ada hak. Karena sudah ada kebijakan dari kementerian. Sekarang saja seperti sertifikat, kalau ada masalah tinggal dilaporkan. Langsung kementerian, karena kami ada jaringan. Sekarang untuk mengurus sertifikat, hanya 50 ribu biaya administrasinya. Jadi dari kementerian mengakomodasi jika ada masalah untuk langsung melapor ke pusat.
- Yaaa, kita pe pesanan cuma satu… kase bilang kamari pa dosen, bilang pidi kobong. Kebetulan kita lagi apa... memang da ambil yang hubungan deng universitas-universitas. Karena perlu pendampingan to. Karena juga torang ada ee, merubah pola petani untuk jadi organik, karena apa… ternyata organik itu adalah mahal… tapi butuh perjuangan. Karena begini… torang so banyak permintaan dari luar. Tanpa menggunakan Pestisida. Jepang… Amerika. Jadi… torang jadikan contoh dulu. Lama-lama kalo hasil bagus… pasti akan dorang terjun…
- Kalo besok-besok ngoni suka pigi kobong… sangat terbuka karena kita beking tampa baru… ba kumpul-kumpul bagitu. Petani lengkali beking pertemuan, ada pupuk-pupuk baru produksi. Ka kobong ba cirita… undang tu yang produsen atau dosen.
- Okey? Cuma itu, torang mo foto bersama dulu...
Andrew, Clyffio, Gregorius, Kireina, Pamela, Putri, Roland, Syaloomitha, Theressa , dan Veronica.
#vivaidealism
Posting Komentar